Sindrom Piriformis dan
Pengobatannya
Anda mungkin
jarang mendengar sindrom piriformis karena penyakit ini memang tergolong sakit
punggung bagian bawah yang jarang terjadi, sehingga tidak
banyak orang yang familiar dengan namanya. Sakit punggung bagian
bawah sendiri adalah kondisi yang umum dialami oleh orang dengan rentang usia antara 18 hingga 55
tahun.
Sindrom piriformis terjadi ketika otot
piriformis menekan saraf sciatic, yaitu saraf besar yang membentang
dari punggung bagian bawah hingga ke masing-masing tungkai Anda. Otot
piriformis sendiri merupakan otot yang terletak di bagian bokong, membentang
hingga bagian atas tulang paha. Otot piriformis membantu menyeimbangkan
tubuh bagian bawah ketika Anda melakukan aktivitas yang melibatkan bagian tubuh
di area ini, seperti berjalan atau ketika sedang mengangkat beban.
Sindrom Piriformis dan Akibatnya pada Tubuh
Seseorang yang mengalami sindrom
piriformis mungkin akan merasakan sakit di area pinggul, bokong, atau
selangkangan, dan juga merasa tubuh tidak seimbang. Gejala-gejala yang
dirasakan pada sindrom piriformis umumnya mirip dengan skiatika.
Sindrom piriformis rentan dialami oleh
pengemudi truk, petenis, penggemar olahraga ski, dan pesepeda. Rasa sakit
akibat sindrom piriformis dapat menyebar ke tungkai bagian bawah dan akan
memburuk ketika Anda berjalan atau jongkok. Tanda lain yang mungkin Anda
rasakan namun tidak disadari adalah rasa sakit yang muncul ketika buang air,
beranjak bangun dari kasur, sakit di area organ kelamin, nyeri saat
menggerakkan paha dan sulit duduk. Pada wanita, sindrom piriformis juga bisa
ditandai dengan nyeri saat bersenggama.
Apabila tidak ditangani, nyeri akibat
sindrom piriformis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Terlebih karena
nyeri ini dapat terpicu ketika sedang duduk, berlari, naik tangga, hingga jika
otot piriformis ditekan.
Pilihan Pengobatan Sindrom Piriformis dan
Pencegahannya
Untuk membedakan sindrom piriformis dari
jenis sakit punggung bagian
bawah lain seperti saraf terjepit,
kejang otot, cedera otot hamstring dan asam urat, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang pada pasien. CT scan,
MRI, dan pemeriksaan elektromiografi (EMG) akan dilakukan untuk mengamati otot
piriformis, mendeteksi gangguan atau perubahan pada saraf otot, dan mencari
tahu faktor penyebab, seperti herniasi bantalan saraf tulang belakang, abses
maupun tumor.
Fisioterapi adalah salah satu jenis
penanganan pertama yang disarankan bagi penderita sindrom piriformis. Selain
istirahat yang cukup, Anda akan dianjurkan untuk mengikuti serangkaian latihan
fisik dan peregangan untuk mengurangi tekanan pada saraf sciatic.
Anda juga bisa mencoba memberikan kompres dingin pada daerah yang nyeri untuk
mengurangi peradangan dan nyeri. Fisioterapi juga bertujuan untuk mengurangi rasa sakit
dan menambah jangkauan gerakan Anda.
Obat-obatan seperti pereda rasa sakit,
pelemas otot (muscle relaxant), maupun suntikan kortikosteroid dan bius
juga bisa diberikan jika dirasa perlu untuk meminimalisir rasa sakit. Tindakan
pembedahan adalah pilihan terakhir yang dianjurkan dan dilakukan dengan
beberapa cara, di antaranya dengan pemotongan urat piriformis dan pembedahan
saraf sciatic. Tindakan operasi juga dapat dipertimbangkan
pada gejala nyeri berat akibat tekanan pada saraf sciatic.Anda bisa
mendiskusikan dengan dokter, pilihan pengobatan lain yang tersedia, sebelum
memutuskan untuk menjalankannya.
Untuk mengurangi risiko sindrom
piriformis, langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan adalah menyediakan waktu
pemanasan yang cukup sebelum beraktivitas atau berolahraga. Perhatikan juga
posisi tubuh ketika berjalan, berlari, atau ketika hendak mengangkat beban
berat. Segera hentikan aktivitas jika Anda merasa sakit atau merasa ada yang
salah dengan postur tubuh maupun area punggung bagian bawah. Semakin dini
sindrom piriformis tertangani, maka semakin besar tingkat kesembuhannya.